Pertanyaan:
Mohon penjelasannya Ustadz. Sekarang banyak sekali di medsos, akhowaat muslimah berhijab, bahkan ada yang bercadar, tapi berlenggak-lenggok di Instagram, TikTok, YouTube. Dan mereka berdandan cantik, lalu berpose imut, manja atau genit. Bagaimana hukumnya fenomena tersebut?
Jawaban:
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, ash shalatu wassalamu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi was shahbihi ajma’in, amma ba’du.
Tidak ragu lagi bahwa perbuatan demikian tidaklah diperbolehkan dan akan menimbulkan banyak sekali kerusakan. Sudah menjadi perkara yang diketahui bersama, bahwa wanita adalah cobaan terbesar bagi lelaki. Allah ta’ala berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (QS. Al-Imran: 14).
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
ما تَركتُ بَعدي فِتنَةً أضرَّ على الرجالِ منَ النساءِ
“Tidaklah ada sepeninggalku fitnah (cobaan) yang paling berbahaya bagi lelaki selain fitnah (cobaan) terhadap wanita” (HR. Al-Bukhari no.5096, Muslim no.2740).
Beliau shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda:
إن الدنيا حلوةٌ خضرةٌ . وإن اللهَ مستخلفُكم فيها . فينظرُ كيف تعملون . فاتقوا الدنيا واتقوا النساءَ . فإن أولَ فتنةِ بني إسرائيلَ كانت في النساءِ
“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau. Dan Allah telah mempercayakan kalian untuk mengurusinya. Sehingga Allah melihat apa yang kalian perbuatan (di sana). Maka berhati-hatilah kalian dari fitnah (cobaan) dunia dan takutlah kalian terhadap fitnah (cobaan) wanita. Karena sesungguhnya fitnah (cobaan) pertama pada Bani Isra’il adalah cobaan wanita.” (HR Muslim no.2742).
Demikian juga berdasarkan waqi’ (realita), dan disepakati oleh semua orang yang berakal bahwa wanita adalah godaan terbesar bagi laki-laki.
Bahkan wanita andaikan tidak berlenggak-lenggok, tidak bergaya manja, imut atau genit pun, akan senantiasa menjadi godaan bagi para lelaki. Karena setan menghiasi para wanita di mata laki-laki. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
المرأة عورة ، فإذا خرجت استشرفها الشيطان
“Wanita adalah aurat. Jika ia keluar, setan memperindahnya” (HR. At-Tirmidzi no. 1173, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi).
Maka bagaimana lagi jika wanita berlenggak-lenggok, berjoget, bergaya manja, imut atau genit?! Tentu akan lebih besar lagi godaannya dan akan menimbulkan banyak kerusakan.
Oleh karena itu, di dalam hadits shahih, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menyebutkan bahwa wanita yang berlenggak-lenggok menarik perhatian laki-laki sebagai penghuni neraka, wal ‘iyyadzubillah. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
صِنفان من أهل النار لم أرهما: قومٌ معهم سياط كأذناب البقر يضربون بها الناس، ونساء كاسيات عاريات، مميلات مائلات، رؤوسهن كأسنمة البخت المائلة، لا يدخُلْن الجنة، ولا يجدن ريحها، وإن ريحها ليوجد من مسيرة كذا وكذا
“Ada dua golongan penduduk neraka yang aku belum pernah melihatnya sebelumnya: Pertama, suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka menggunakannya untuk mencambuk orang-orang. Kedua, wanita yang berpakaian tapi telanjang, mereka berlenggak-lenggok, kepalanya seperti punuk unta. Mereka tidak masuk surga, dan tidak mencium wanginya, padahal wangi surga tercium dari jarak sekian dan sekian” (HR. Muslim no. 2128).
Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mencela dengan keras wanita dengan wewangiannya membuat para lelaki tertarik dan tergoda. Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
أيُّما امرأةٍ استعطرتْ ثُمَّ خَرَجَتْ ، فمرَّتْ علَى قومٍ ليجِدُوا ريَحها فهِيَ زانيةٌ ، وكُلُّ عينٍ زانيةٌ
“Wanita mana saja yang memakai wewangian lalu ia keluar dan melewati para lelaki sehingga tercium sebagian dari wanginya tersebut, maka ia adalah seorang pezina. Dan setiap mata yang melihatnya juga pezina” (HR. Abu Daud no. 4173, At Tirmidzi no.2786, dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 2701).
Maka para wanita terutama yang telah berjilbab, hendaknya mereka bertakwa kepada Allah dan tidak melakukan hal-hal di atas. Dan menjauhkan diri dari semua perkara yang dapat menimbulkan godaan kepada para laki-laki. Jangan sampai menjadi pembantu-pembantu setan untuk menjerumuskan para laki-laki dalam dosa. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
لا تكونوا عون الشيطان على أخيكم
“Janganlah kalian menjadi penolong setan untuk menggoda saudara kalian” (HR. Bukhari no.6781).
Dan menjadi sebab orang lain terjerumus ke dalam maksiat itu juga merupakan maksiat.
Adapun sikap manja, genit, imut dan semisalnya, ini hanya boleh ditampakkan oleh seorang wanita kepada suaminya. Allah ta’ala berfirman:
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ
“Dihalalkan bagi kalian untuk melakukan hubungan intim dengan istri kalian di malam bulan Ramadhan. Mereka adalah pakaian bagi kalian, dan kalian adalah pakaian bagi istri kalian” (QS. Al-Baqarah: 187).
Dan sikap-sikap demikian dilarang oleh Allah untuk ditampakkan kepada selain suaminya. Allah ta’ala berfirman:
فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوفًا
“Janganlah kalian (para wanita) melembutkan perkataan kalian sehingga orang-orang punya penyakit hati timbul rasa ingin dalam dirinya. Namun ucapkanlah perkataan yang ma’ruf” (QS. Al-Ahzab: 32).
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan ayat ini:
أي : لا تخاطب المرأة الأجانب كما تخاطب زوجها
“Maksudnya: Janganlah para wanita berbicara kepada lelaki non-mahram seperti berbicara kepada suaminya sendiri.” (Tafsir Ibnu Katsir, 11/150).
Yaitu hendaknya wanita tidak bicara kepada lelaki selain suaminya dengan gaya bicara yang dilembut-lembutkan, lucu, imut, manja, menggemaskan, sebagaimana bicara kepada suaminya. Namun hendaknya berbicara dengan berwibawa, elegan, tidak sama seperti berbicara kepada suaminya sendiri.
Syaikh Sa’ad Asy-Syatsri ditanya: “Apa hukum wanita berhijab meng-upload foto mereka di media sosial?”. Beliau menjawab: “Tidak boleh wanita menampakkan keindahan mereka. Ini merupakan ijma’ ulama. Allah ta’ala berfirman:
وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ
“Janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka … ” (QS. An-Nur: 31).
Ayat ini menunjukkan bahwa wanita dilarang menampakkan keindahan mereka. Dan para ulama ijma’ bahwa wanita tidak boleh mempercantik wajahnya di depan para lelaki non-mahram, demikian juga tidak boleh melakukan demikian ketika ia pergi keluar rumah jika ada lelaki yang akan melihatnya, ini merupakan ijma’ ulama. Oleh karena itu perbuatan demikian benar-benar menyelisihi syariat” (https://www.youtube.com/watch?v=uOiLCjTxh44).
Terakhir, sifat wanita yang shalihah adalah senantiasa mempunyai rasa malu dan tidak bermudah-mudahan menampakkan diri di depan para lelaki. Ini diisyaratkan oleh Allah ta’ala ketika menyebutkan dua wanita shalihah di zaman Nabi Musa ‘alaihissalam:
وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ فَسَقَى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّى إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ
“Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat at begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya”. Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku”” (QS. Al-Qashash: 23-24).
Mengapa dua wanita itu tidak segera meminumkan ternaknya? Dalam Tafsir Al-Jalalain disebutkan:
أي يرجعون من سقيهم خوف الزحام
“Yaitu mereka tidak jadi meminumkan ternaknya karena khawatir berdesak-desakan (dengan para lelaki)”.
Seorang wanita jika ia senantiasa memelihara rasa malu, ini akan membawa kepada banyak kebaikan. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
الحياءُ لا يأتي إلَّا بخيرٍ
“Sifat malu itu tidak datang kecuali dengan kebaikan” (HR. Al-Bukhari no.6117, Muslim no.37).
Maka kami menasihatkan kepada para wanita Muslimah baik yang belum berjilbab apalagi yang sudah berjilbab, untuk tidak menampilkan diri mereka di media sosial. Karena mereka adalah godaan terbesar bagi laki-laki. Terlebih menampilkan diri dengan pose imut, genit dan manja, yang ini akan menimbulkan banyak sekali kerusakan. Dan hendaknya mereka memelihara rasa malu yang akan membawa banyak kebaikan bagi diri mereka sendiri dan juga bagi masyarakat.
Wallahu a’lam. Semoga Allah ta’ala memberi taufik.
Walhamdulillahi rabbil ‘alamin, wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.
***
Dijawab oleh Ustadz Yulian Purnama, S.Kom.
Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/41335-bolehkah-wanita-berjilbab-tampil-imut-genit-dan-manja-di-medsos.html